I.
Pendahuluan
Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran
dan nilai-nilai kebudayaannya. Tak terkecuali umat islam, mereka sangat
memperhatikan kelestarian risalah Nabi Muhammad saw. yang memuliakan semua umat
manusia. Hal itu disebabkan risalah Nabi Muhammad bukan sekadar risalah ilmu
dan pembaruan yang hanya mendapat perhatian sepanjang akal menerimanya. Tetapi,
di atas itu semua, ia merupakan agama yang melekat pada akal dan terpatri dalam
hati.
Kita dapati para pengemban dakwah yang terdiri dari para sahabat,
tabi’in dan generasi sesudahnya, mengadakan penelitian dengan cermat tentang
tenmpat turunnya ayat al-Qur’an ayat demi ayat, baik dalam waktu maupun
tempatnya.penelitian ini merupakan pilar kuat dalam sejarah. Ibnu Mas’ud
berkata, “Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, setiap surat al-Qur’an saya
ketahui di mana surat itu diturunkan dan tiada satu ayat pun dalam kitab Allah
kecuali pasti saya tau tentang ayat pa itu diturunkan. Sekiranya saya tahu ada
seseorang yang lebih tahu daripada saya mengenai kitab Allah, dan dapat saya
jangkau orang itu dengan naik onta, niscaya saya akan menemuinya.”[1]
II.
Pembahasan
A.
Pengertian
al-Makkiyah dan al-Madaniyah
Kata al-Makki berasal dari kata “Makkah” dan al-Madani berasal dari
kata “Madinah”. Secara harfiah, al-Makki atau al-Makkiyah
berarti yang bersifat Makkah atau yang berasal dari Makkah, sedangkan al-Madani
atau al-Madaniyah berarti yang bersifat Madinah atau yang berasal dari Madinah.
Maka ayat atau surah yang turun di Makkah disebut dengan ayat-ayat al-Makkiyah
sedangkan yang diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat al-Madaniyah.
Sedangkan menurut istilah, al-Makki wal-Madani berarti suatu ilmu
yang secara kusus membahas tentang tempat, waktu dan periode turunnya surah atau
ayat al-Quran, baik di Makkah ataupun di Madinah. Ayat atau surah yang turun
pada periode Makkah disebut dengan al-Makkiyah
dan ayat/surah yang turun pada periode Madinah disebut dengan al-Madaniyah.
Secara sederhana dapat dipetakan perbedaan pendapat para pakar ulumul Qur’an
dalam mendefinisikan al-Makkiyah dan
al-Madaniyah tersebut, sebagai berikut:
Al-Makki adalah surah atau ayat yang diturunkan di Makkah dan
sekitarnya, walaupun setelah hijrah. Sedangkan al-Madani adalah surah atau ayat
yang turun di Madinah dan sekitarnya. Al-Makki adalah ayat-ayat yang lebih
khusus menyeru kepada penduduk Makkah sedangkan al-Madani adalah ayat-ayat yang
menyeru kepada penduduk Madinah.
Al-Makki adalah surah atau ayat yang turun kepada Nabi sebelum
hijrah, sedangkan al-Madani adalah surah atau ayat yang turun kepada Nabi
setelah hijrah. Berdasarkan definisi ini, maka ayat yang turun di Makkah
setelah Nabi hijrah ke Madinah termasuk dalam kategori ayat al-Madaniyah.
Perbedaan pendapat diatas terjadi disebabkan oleh berbedanya
standard atau cara pandang para ulama dalam menentukan definisi. Ada tiga
standard yang dijadikan sebagai dasar: Pertama, tempat turun ayat
(makan an-nuzul); kedua, person atau masyarakat yang menjadi objek
pembicaraan; ketiga, waktu turunnya ayat. Diantara ketiga
definisi diatas dan dari standard yang dipakai masing-masing, nampak jelas yang
paling masyhur adalah definisi terakhir, yaitu menentukan al-Makki dan
al-Madani berdasarkan waktu sebelum dan sesudah Nabi hijrah, maka yang turun
sebelum Nabi hijrah adalah al-Makkiyah, adapun
sesudahnya maka al-Madaniyah.
B.
Menentukan Ayat-ayat al-Makkiyah
dan al-Madaniyah
Ilmu al-Makkiyah dan
al-Madaniyah termasuk dalam kategori ilmu riwayah. Oleh karena
itu, tidak ada pilihan untuk mengetahuinya kecuali harus melalui riwayat dari
sahabat dan tabi’in, karena mereka menyaksikan turunnya ayat-ayat al-Qur’an
kepada Nabi, mengetahui tempat dan waktu turun ayat. Selain itu, masih ada cara
lain namun terbatas yaitu cara qiyas (analogi).
Jadi setidaknya ada dua cara yang masyhur dapat digunakan untuk
mengetahui ayat al-Makkiyah dan
al-Madaniyah, yaitu sima’i (mendengarkan langsung) dan qiyasi (analogi).
Yang pertama adalah berdasarkan penjelasan para sahabat secara langsung. Hal
ini dapat diketahui melalui riwayat yang telah ditulis oleh para ahli hadits,
seperti di dalam al-kutub as-sittah. Dan yang terkhir adalah dengan cara
membandingkan tanda-tanda al-Makki atau al-Madani dengan struktur ayat yang
terdapat dalam surah.
C.
Ciri-ciri ayat Makkiyah
Adapun ciri-ciri ayat atau surat digolongkan makkiyah yaitu sebagai
berikut.
a)
Ayat
dan surahnya pendek dan susunannya luwes dan jelas.
b)
Ayat-ayatnya
lebih puitis (bersajak), karena yang ditantang adalah masyarakat yang ahli
dalam membuat puisi.
c)
Al-Makkiyah
banyak menyebut qasam (sumpah), tasybih (penyerupaan), dan amtsal
(perumpamaan).
d)
Gaya
bahasa al-Makkiyah jarang bersifat konkret, realistis dan materialis, terutama
ketika berbincang tentang kiamat.
e)
Surah-surah
al-Makkiyah mengandung lafadz kalla, yaitu di dalam al-Quran lafadz ini
berulang sebanyak 33 kali dalam 15 surah.
f)
Surah-surahnya
mengandung seruan (يأيها الناس) “Hai sekalian
manusia”, dan tidak mengandung seruan (يأيها الذين
آمنوا) “Hai orang-orang yang beriman”.
g)
Mengajak
kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai kebenaran
risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan mala petakanya,
neraka dan siksaannya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik
dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyah.
h)
Peletakan
dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar
terbentuknya suatu masyarakat; dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam
penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zhalim, penguburan
hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
D.
Ciri-ciri ayat Madaniyah
Adapun juga ayat atau surat dikatakan sebagai madaniyah ia
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a)
Surah-surahnya
memuat kewajiban atau had (sanksi).
b)
Surah-surahnya
banyak menyebutkan orang-orang munafik, kecuali al-ankabut adalah al-Makkiyah.
c)
Al-Madaniyah
adala setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab.
d)
Menjelaskan
ibadah, muamalah, had (sanksi), kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial,
hubungan internasional, baik diwaktu damai maupun perang, kaidah hukum, dan
masalah perundang-undangan.
e)
Seruan
terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka
untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab
Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah
ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka.
E.
Klasifikasi Ayat-ayat al-Makkiyah dan al-Madaniyah
Para ulama ulumul Qur’an sangat antusias untuk menyelidiki
surah-surah Makkiyah dan Madaniyah, mereka mengamati al-Quran ayat demi ayat
dan surah demi surah untuk ditertibkan sesuai dengan nuzulnya,
dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Yang terpenting untuk
dicatat dalam pengklasifikasian Makki dan Madani, hasil penelusuran para ulama
tersebut dalam pembahasan ini adalah, sebagai berikut:
1.
Surah-surah
yang diturunkan di Makkah: Terdapat 82 Surat Makkiyah,
yaitu:
Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr, An-Nahl,
Al-Israa, Al-Kahfi, Maryam, Thaahaa, Al-Anbiyaa, Al-Hajj, Al-Mu’minuun, Al-Furqon
Asy-Syu’araa, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajadah,
Sabaa’, Faathir, Yaasiin, As-Saaffaat, Shaad, Az-Zumr, Al-Waqiah, Al-Mulk,
Al-Qalam, Al-Haaqah, Al-Ma’ariij, Nih, Al-Muzammil, Al-Mudattsir, Al-Qiyamah,
Al-Insaan, Al-Mursalat, An-Nabaa’, An-Nazi’aat, ‘Abasa, At-Takwir,
Al-Infithaat, Al-Insyiqaq, Al-Buruj, Ath-Thariq, Al-A’la, Al-Ghoosyiah,
Al-Fajr, Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuha, Al-Insyiraah, At-Tiin.
2.
Surah-surah
yang diturunkan di Madinah: Terdapat 20 Surat Madaniyah,
yaitu:
Al-Baqarah, Ali-Imran, An-Nisaa’, Al-Maidah, Al-Anfal, At-Taubah,
An-Nuur, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujarat, Al-Hadid, Al-Mujaadilah,
Al-Hasyr, Al-Mumthanah, Al-Munaafiquun, At-Talaaq, At-Tahriim, An-Nashr.
3.
Surah-surah
yang diperselisihkan: ada 12 surah, yaitu:
Al-Fatihah, Ar-Ra’d, Ar-Rahman, Ash-Shaff, At-Taghaabun,
Al-Mutaffifiin, Al-Qadr, Al-Bayyinah, Az-Zalzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas.
Maka dari tiga status surat di
atas, dipastikan bahwa surah-surah al-Makkiyah mengambil porsi yang paling
banyak dari surah-surah Qur’aniah, yaitu sebanyak 82 surah, disusul al-Madaniyah
sebanyak 20 surah, sisanya sebanyak 12 surah masih diperselisihkan, jadi jumlah
surat-surat al-Quran itu semuanya 114 surah.
F.
Contoh ayat-ayat Makkiyah dalam surah
Madaniyah
Surah al-Anfaal: Semua ayatnya adalah Madaniah kecuali ayat ke-30
& 64, Allah berfirman:
وَإِذْ
يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ
يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Dan (ingatlah), ketika
orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap
dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu
daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu
daya” (Al-Anfal; 30)
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi
orang-orang mukmin yang mengikutimu”.
Surah al-Mujaadilah: Semua ayatnya adalah Madaniah kecuali ayat
ke-7, Allah berfirman:
مَا
يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلاثَةٍ إِلا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلا خَمْسَةٍ إِلا هُوَ
سَادِسُهُمْ وَلا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلا أَكْثَرَ إِلا هُوَ
مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah
keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau
lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada.
Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
G.
Contoh ayat-ayat Madaniyah
dalam surah Makkiyah
Surah
Yunus: Semua ayatnya adalah Madaniyah kecuali ayat
ke-40, 94 & 95, Allah berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ
وَمِنْهُمْ مَنْ لا يُؤْمِنُ بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ
“di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada al-Quran,
dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu
lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS: 10: 40)
Dan
firman Allah: (QS: Yunus: 94-95):
فَإِنْ
كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ
الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ
مِنَ الْمُمْتَرِينَ (٩٤) وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ
اللَّهِ فَتَكُونَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٩٥)
"Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan
tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang
yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu
dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang
ragu-ragu. Dan sekali-kali janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang rugi”.
Dan firman Allah: (QS: al-Kahfi: 28):
وَاصْبِرْ
نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ
يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ
هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan ungg hari dengan mengharap keridhaan-Nya;
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu ungguh i orang yang hatinya telah
Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas”.
H.
Sebab Turunnya Ayat Disebut Makki
Dakwah menuju jalan Allah itu memiliki metode tertentu dalam
menghadapi segala kerusakan aqidah dan perundang-undangan dan prilaku supaya
kehidupan yang terputar dapat terbentuk atas dasar bimbingan Allah.
Orang yang membaca Al-qur’an akan melihat
bahwa ayat-ayat makkiyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam
ayat-ayat madaniyah, baik dalam irama maupun maknanya. Pada zaman jahiliah masyarakat sedang dalam keadaan buta dan tuli,
menyembah berhala, mempersekutukan Allah, mengingkari wahyu, mendustakan hari
akhir dan mereka mengatakan :
ما
هي الا حياتنا الدنيا نموت ونحيا وما يهلكنا إلا الدهر (الجا ثية : ٢٤)
“kehidupan
ini tidak lain hanya kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan yang
akan membinasakan kita adalah waktu.” (Al-jasiyah 45:24).
Mereka hali bertengkar yang sengit sekali,
tukang berdebat dengan kata-kata yang pedas sehingga wahyu makki (yang di
turunkan di makkah) juga berupa goncangan –goncangan yang mencekam,
menyala-nyala saperti api yang member tanda bahaya disertai argumentasi yang
sangat kuat dan tegas.
I.
Sebab Turunnya Ayat Yang di Sebut Madani
Setelah terbentuk jamaah yang beriman pada Allah, malaikat, kitab dan
rosul-Nya, kepada hari akhir dan qodar, baik dan buruknya serta aqidahnya telah
di uji dengan berbagai cobaan dari orang orang musyrik dan akhirnya dapat
bertahan dan dengan agamanya itu mereka hijrah karena lebih mengutamakan apa
yang ada di sisi Allah daripada kesenangan hidup duniawi, oleh sebab itu
turunlah ayat-ayat madaniyah yang panjang-panjang membicarakan hukum-hukum
islam serta ketentuan-ketentuannya, mengajak berjihad dan berkorban di jalan
Allah kemudian menjelaskan dasar-dasar perundang-undangan, meletakkan
aqidah-aqidah kemasyarakatan juga menyingkap aib dan isis hati orang-orang
munafik, berdialog dengan ahli kitab dan membungkam mulut mereka.
Manfaat dalam
mengetahui surah makki atau madani adalah,
1. Untuk di jadikan
alat bantu dalam menafsirkan Al-qur’an
2. Meresapi gaya
bahasa Al-qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwa menuju jalan Allah.
3. Mengetahui sejarar
hidup nabi melalui ayat-ayat Al-qur’an sebab turunnya wahyu kepada rasulullah
sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam priode
makkah maupun periode maninah.
III.
Kesimpulan
Dari keterangan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa yang ayat
yang turun di Makkah yaitu ayat yang turun sebelum Nabi saw. hijrah, meskipun
ayat tersebut turun di tempat selain Makkah. Begitu pula dengan ayat atau yang
diturunkan di Madinah yaitu ayat yang turun setelah Nabi saw. hijrah meskipun
ayat tersebut turun di tempat selain Madinah. Jadi, yang menjadi inti dari
penentuan apakah ayat tersebut Makkiyah ataukah Madaniyah yaitu dapat
ditentukan dengan melihat Nabi sudah hijrah ataukah belum.
Daftar Pustaka
Manna’ Khalil Al-Qaththan, 1973, Studi Ilmu-Ilmu qur’an
/ Manna’ Khalil Al-Qattan, Bogor, Litera Antar Nusa.
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani,
1986, Zubatul Itqon Fil Ulumil Qur’an, Jiddah, Darusy Syuruf.
Az-Zarkasyi, al-Burhan Fi ‘Ulum
Al-Qur’an
Syaikh Manna Al-Qaththan, Mabahis
Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Kairo, Maktabah Wahbah
H. Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar
Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur Pustaka Al-Kautsar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar