Selasa, 07 Juli 2015

Surat Makki dan Madani

I.       Pendahuluan
Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan nilai-nilai kebudayaannya. Tak terkecuali umat islam, mereka sangat memperhatikan kelestarian risalah Nabi Muhammad saw. yang memuliakan semua umat manusia. Hal itu disebabkan risalah Nabi Muhammad bukan sekadar risalah ilmu dan pembaruan yang hanya mendapat perhatian sepanjang akal menerimanya. Tetapi, di atas itu semua, ia merupakan agama yang melekat pada akal dan terpatri dalam hati.
Kita dapati para pengemban dakwah yang terdiri dari para sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya, mengadakan penelitian dengan cermat tentang tenmpat turunnya ayat al-Qur’an ayat demi ayat, baik dalam waktu maupun tempatnya.penelitian ini merupakan pilar kuat dalam sejarah. Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, setiap surat al-Qur’an saya ketahui di mana surat itu diturunkan dan tiada satu ayat pun dalam kitab Allah kecuali pasti saya tau tentang ayat pa itu diturunkan. Sekiranya saya tahu ada seseorang yang lebih tahu daripada saya mengenai kitab Allah, dan dapat saya jangkau orang itu dengan naik onta, niscaya saya akan menemuinya.”[1]
II.    Pembahasan
A.    Pengertian al-Makkiyah dan al-Madaniyah
Kata al-Makki berasal dari kata “Makkah” dan al-Madani berasal dari kata “Madinah”. Secara harfiah, al-Makki atau al-Makkiyah berarti yang bersifat Makkah atau yang berasal dari Makkah, sedangkan al-Madani atau al-Madaniyah berarti yang bersifat Madinah atau yang berasal dari Madinah. Maka ayat atau surah yang turun di Makkah disebut dengan ayat-ayat al-Makkiyah sedangkan yang diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat al-Madaniyah.
Sedangkan menurut istilah, al-Makki wal-Madani berarti suatu ilmu yang secara kusus membahas tentang tempat, waktu dan periode turunnya surah atau ayat al-Quran, baik di Makkah ataupun di Madinah. Ayat atau surah yang turun pada periode Makkah disebut dengan al-Makkiyah dan ayat/surah yang turun pada periode Madinah disebut dengan al-Madaniyah. Secara sederhana dapat dipetakan perbedaan pendapat para pakar ulumul Qur’an dalam mendefinisikan al-Makkiyah dan al-Madaniyah tersebut, sebagai berikut:
Al-Makki adalah surah atau ayat yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya, walaupun setelah hijrah. Sedangkan al-Madani adalah surah atau ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya. Al-Makki adalah ayat-ayat yang lebih khusus menyeru kepada penduduk Makkah sedangkan al-Madani adalah ayat-ayat yang menyeru kepada penduduk Madinah.
Al-Makki adalah surah atau ayat yang turun kepada Nabi sebelum hijrah, sedangkan al-Madani adalah surah atau ayat yang turun kepada Nabi setelah hijrah. Berdasarkan definisi ini, maka ayat yang turun di Makkah setelah Nabi hijrah ke Madinah termasuk dalam kategori ayat al-Madaniyah.
Perbedaan pendapat diatas terjadi disebabkan oleh berbedanya standard atau cara pandang para ulama dalam menentukan definisi. Ada tiga standard yang dijadikan sebagai dasar: Pertama, tempat turun ayat (makan an-nuzul); kedua, person atau masyarakat yang menjadi objek pembicaraan;  ketiga, waktu turunnya ayat. Diantara ketiga definisi diatas dan dari standard yang dipakai masing-masing, nampak jelas yang paling masyhur adalah definisi terakhir, yaitu menentukan al-Makki dan al-Madani berdasarkan waktu sebelum dan sesudah Nabi hijrah, maka yang turun sebelum Nabi hijrah adalah al-Makkiyah, adapun sesudahnya maka al-Madaniyah.
B.     Menentukan Ayat-ayat al-Makkiyah dan al-Madaniyah
Ilmu al-Makkiyah dan al-Madaniyah termasuk dalam kategori ilmu riwayah. Oleh karena itu, tidak ada pilihan untuk mengetahuinya kecuali harus melalui riwayat dari sahabat dan tabi’in, karena mereka menyaksikan turunnya ayat-ayat al-Qur’an kepada Nabi, mengetahui tempat dan waktu turun ayat. Selain itu, masih ada cara lain namun terbatas yaitu cara qiyas (analogi).
Jadi setidaknya ada dua cara yang masyhur dapat digunakan untuk mengetahui ayat al-Makkiyah dan al-Madaniyah, yaitu sima’i (mendengarkan langsung) dan qiyasi (analogi). Yang pertama adalah berdasarkan penjelasan para sahabat secara langsung. Hal ini dapat diketahui melalui riwayat yang telah ditulis oleh para ahli hadits, seperti di dalam al-kutub as-sittah. Dan yang terkhir adalah dengan cara membandingkan tanda-tanda al-Makki atau al-Madani dengan struktur ayat yang terdapat dalam surah.
C.    Ciri-ciri ayat Makkiyah
Adapun ciri-ciri ayat atau surat digolongkan makkiyah yaitu sebagai berikut.
a)      Ayat dan surahnya pendek dan susunannya luwes dan jelas.
b)      Ayat-ayatnya lebih puitis (bersajak), karena yang ditantang adalah masyarakat yang ahli dalam membuat puisi.
c)      Al-Makkiyah banyak menyebut qasam (sumpah), tasybih (penyerupaan), dan amtsal (perumpamaan).
d)     Gaya bahasa al-Makkiyah jarang bersifat konkret, realistis dan materialis, terutama ketika berbincang tentang kiamat.
e)      Surah-surah al-Makkiyah mengandung lafadz kalla, yaitu di dalam al-Quran lafadz ini berulang sebanyak 33 kali dalam 15 surah.
f)       Surah-surahnya mengandung seruan (يأيها الناس) “Hai sekalian manusia”, dan tidak mengandung seruan (يأيها الذين آمنوا) “Hai orang-orang yang beriman”.
g)      Mengajak kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai kebenaran risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan mala petakanya, neraka dan siksaannya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyah.
h)      Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat; dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zhalim, penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.

D.    Ciri-ciri ayat Madaniyah
Adapun juga ayat atau surat dikatakan sebagai madaniyah ia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a)      Surah-surahnya memuat kewajiban atau had (sanksi).
b)      Surah-surahnya banyak menyebutkan orang-orang munafik, kecuali al-ankabut adalah al-Makkiyah.
c)      Al-Madaniyah adala setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab.
d)     Menjelaskan ibadah, muamalah, had (sanksi), kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional, baik diwaktu damai maupun perang, kaidah hukum, dan masalah perundang-undangan.
e)      Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka.

E.     Klasifikasi Ayat-ayat al-Makkiyah dan al-Madaniyah
Para ulama ulumul Qur’an sangat antusias untuk menyelidiki surah-surah Makkiyah dan Madaniyah, mereka mengamati al-Quran ayat demi ayat dan surah demi surah untuk ditertibkan sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Yang terpenting untuk dicatat dalam pengklasifikasian Makki dan Madani, hasil penelusuran para ulama tersebut dalam pembahasan ini adalah, sebagai berikut: 
1.      Surah-surah yang diturunkan di Makkah: Terdapat 82 Surat Makkiyah, yaitu:
Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr, An-Nahl, Al-Israa, Al-Kahfi, Maryam, Thaahaa, Al-Anbiyaa, Al-Hajj, Al-Mu’minuun, Al-Furqon Asy-Syu’araa, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajadah, Sabaa’, Faathir, Yaasiin, As-Saaffaat, Shaad, Az-Zumr, Al-Waqiah, Al-Mulk, Al-Qalam, Al-Haaqah, Al-Ma’ariij, Nih, Al-Muzammil, Al-Mudattsir, Al-Qiyamah, Al-Insaan, Al-Mursalat, An-Nabaa’, An-Nazi’aat, ‘Abasa, At-Takwir, Al-Infithaat, Al-Insyiqaq, Al-Buruj, Ath-Thariq, Al-A’la, Al-Ghoosyiah, Al-Fajr, Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuha, Al-Insyiraah, At-Tiin.
2.      Surah-surah yang diturunkan di Madinah: Terdapat 20 Surat Madaniyah, yaitu: 
Al-Baqarah, Ali-Imran, An-Nisaa’, Al-Maidah, Al-Anfal, At-Taubah, An-Nuur, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujarat, Al-Hadid, Al-Mujaadilah, Al-Hasyr, Al-Mumthanah, Al-Munaafiquun, At-Talaaq, At-Tahriim, An-Nashr.
3.      Surah-surah yang diperselisihkan: ada 12 surah, yaitu:
Al-Fatihah, Ar-Ra’d, Ar-Rahman, Ash-Shaff, At-Taghaabun, Al-Mutaffifiin, Al-Qadr, Al-Bayyinah, Az-Zalzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas.
Maka dari tiga status surat di atas, dipastikan bahwa surah-surah al-Makkiyah mengambil porsi yang paling banyak dari surah-surah Qur’aniah, yaitu sebanyak 82 surah, disusul al-Madaniyah sebanyak 20 surah, sisanya sebanyak 12 surah masih diperselisihkan, jadi jumlah surat-surat al-Quran itu semuanya 114 surah.

F.     Contoh ayat-ayat Makkiyah dalam surah Madaniyah
Surah al-Anfaal: Semua ayatnya adalah Madaniah kecuali ayat ke-30 & 64, Allah berfirman:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
 “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (Al-Anfal; 30)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu”.
Surah al-Mujaadilah: Semua ayatnya adalah Madaniah kecuali ayat ke-7, Allah berfirman:
مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلاثَةٍ إِلا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلا خَمْسَةٍ إِلا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلا أَكْثَرَ إِلا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

G.    Contoh ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Surah Yunus: Semua ayatnya adalah Madaniyah kecuali ayat ke-40, 94 & 95, Allah berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لا يُؤْمِنُ بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ
di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada al-Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS: 10: 40)
Dan firman Allah: (QS: Yunus: 94-95):
فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (٩٤) وَلا تَكُونَنَّ مِنَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ فَتَكُونَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٩٥)
"Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, Maka Tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu. Dan sekali-kali janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang rugi”.
Dan firman Allah: (QS: al-Kahfi: 28):
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan  ungg hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu  ungguh i orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.

H.    Sebab Turunnya Ayat Disebut Makki
Dakwah menuju jalan Allah itu memiliki metode tertentu dalam menghadapi segala kerusakan aqidah dan perundang-undangan dan prilaku supaya kehidupan yang terputar dapat terbentuk atas dasar bimbingan Allah.
Orang yang membaca Al-qur’an akan melihat bahwa ayat-ayat makkiyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat madaniyah, baik dalam irama maupun maknanya. Pada zaman jahiliah masyarakat sedang dalam keadaan buta dan tuli, menyembah berhala, mempersekutukan Allah, mengingkari wahyu, mendustakan hari akhir dan mereka mengatakan :
ما هي الا حياتنا الدنيا نموت ونحيا وما يهلكنا إلا الدهر (الجا ثية : ٢٤)
kehidupan ini tidak lain hanya kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan yang akan membinasakan kita adalah waktu.” (Al-jasiyah 45:24).
Mereka hali bertengkar yang sengit sekali, tukang berdebat dengan kata-kata yang pedas sehingga wahyu makki (yang di turunkan di makkah) juga berupa goncangan –goncangan yang mencekam, menyala-nyala saperti api yang member tanda bahaya disertai argumentasi yang sangat kuat dan tegas.
I.       Sebab Turunnya Ayat Yang di Sebut Madani
Setelah terbentuk jamaah yang beriman pada Allah, malaikat, kitab dan rosul-Nya, kepada hari akhir dan qodar, baik dan buruknya serta aqidahnya telah di uji dengan berbagai cobaan dari orang orang musyrik dan akhirnya dapat bertahan dan dengan agamanya itu mereka hijrah karena lebih mengutamakan apa yang ada di sisi Allah daripada kesenangan hidup duniawi, oleh sebab itu turunlah ayat-ayat madaniyah yang panjang-panjang membicarakan hukum-hukum islam serta ketentuan-ketentuannya, mengajak berjihad dan berkorban di jalan Allah kemudian menjelaskan dasar-dasar perundang-undangan, meletakkan aqidah-aqidah kemasyarakatan juga menyingkap aib dan isis hati orang-orang munafik, berdialog dengan ahli kitab dan membungkam mulut mereka.
Manfaat dalam mengetahui surah makki atau madani adalah,
1. Untuk di jadikan alat bantu dalam menafsirkan Al-qur’an
2. Meresapi gaya bahasa Al-qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwa menuju jalan Allah.
3. Mengetahui sejarar hidup nabi melalui ayat-ayat Al-qur’an sebab turunnya wahyu kepada rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam priode makkah maupun periode maninah.
III. Kesimpulan
Dari keterangan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa yang ayat yang turun di Makkah yaitu ayat yang turun sebelum Nabi saw. hijrah, meskipun ayat tersebut turun di tempat selain Makkah. Begitu pula dengan ayat atau yang diturunkan di Madinah yaitu ayat yang turun setelah Nabi saw. hijrah meskipun ayat tersebut turun di tempat selain Madinah. Jadi, yang menjadi inti dari penentuan apakah ayat tersebut Makkiyah ataukah Madaniyah yaitu dapat ditentukan dengan melihat Nabi sudah hijrah ataukah belum.
Daftar Pustaka
Manna’ Khalil  Al-Qaththan, 1973, Studi Ilmu-Ilmu qur’an / Manna’ Khalil Al-Qattan, Bogor, Litera Antar Nusa.
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, 1986, Zubatul Itqon Fil Ulumil Qur’an, Jiddah, Darusy Syuruf.
Az-Zarkasyi, al-Burhan Fi ‘Ulum Al-Qur’an
Syaikh Manna Al-Qaththan, Mabahis Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Kairo, Maktabah Wahbah
H. Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur Pustaka Al-Kautsar




[1] HR. al-Bukhori




Wallahu a'lam... Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar