Minggu, 26 Juni 2016

Aqsam Al-Qur'an

AQSAM AL-QUR’AN
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:
KH. M. Luthfi Thomafi, Lc
 









Disusun Oleh:
Difa’ul Umam (2014.01.01.236)

PROGRAM STUDI  ILMU AL QURAN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
GONDANROJO KALIPANG SARANG REMBANG 59274 JAWA TENGAH
TAHUN AJARAN 2015/2016


I.     Pendahuluan
Kesiapan jiwa setiap individu dalam menerima kebenaran dan tunduk terhadap cahanya itu berbeda-beda. Jiwa yang jernih yang fitrahnya tidak ternoda kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati bagi sinarnya serta berusaha mengikutinya sekalipun petunjuk itu sampai kepadanya hanya sepintas kilas. Sedangkan jiwa yang tertutup awan kejahilan dan diliputi gelapnya kebatilan tidak tergoncang hatinya kecuali dengan pukulan peringatan dan bentuk kalimat yang kuat lagi kokoh, sehingga dengan demikian barulah tergoncang keingkarannya itu.
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memberi penegasan akan sebuah penyataan. Penegasan itu berbentuk pernyataan sumpah yang langsung difirmankan oleh Allah swt. Sumpah dalam konotasi bahasa al-Qur’an disebut qasam. Qasam (sumpah) dalam pembicaraan termasuk salah satu uslub pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti yang konkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya.


II.  Pembahasan
A.    Pengertian Aqsam Al-Qur’an
Secara bahasa aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-yamin, yang berarti sumpah. Bentuk asli dari qasam adalah dengan menggunakan kata kerja aqsama  atau ahlafa yang dimuta’adi(transitif)kan kepada muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah) dengan huruf ba, setelah itu baru disebutkan muqsam ‘alaih (sesuatu yang karena sumpah diucapkan), atau disebut juga dengan jawab qasam.[1]
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, sumpah (aqsam) berarti dengan pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersakasi kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap suci bahwa apa yang dikatakan atau dijanjikan itu benar.[2]
Abu al-Qosim al-Qusyairiy menerangkan bahwa rahasia Allah swt. menyebutkan kalimat qasam atau sumpah dalam Kitab-Nya adalah untuk menyempurnakan serta menguatkan hujjah-Nya, dan dalam hal ini, kalimat qasam memiliki dua keistimewaan, yaitu pertama sebagai syahadah atau persaksian serta penjelasan dan kedua sebagai qasam atau sumpah itu sendiri.[3]
Sedangkan menurut Manna’ al-Qattan, qasam adalah sebagai pengikat jiwa (hati) agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dengan suatu makna  yang dipandang besar atau agung, baik secara hakiki maupun i’tiqadi oleh yang bersumpah itu. Bersumpah juga dinamakan dengan al yamin (tangan kanan), karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya. [4]
Jika demikian, maka pengertian aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an.

B.     Huruf-huruf Qasam
Huruf-huruf yang digunakan untuk qasam (sumpah) ada tiga macam, yaitu :
1.      Huruf wawu, seperti dalam firman Allah swt . :
وَالضُّحَىٰ﴿١﴾وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ﴿٢﴾
“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)”. (QS. adh-Dhuha [93] : 1-2)
2.       Huruf ba, seperti firman Allah swt. :
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ﴿١﴾
“Aku bersumpah demi hari kiamat”. (QS. al-Qiyamah [75] : 1)
3.      Huruf ta, seperti firman Allah swt. :
تَاللَّهِ لَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنتُمْ تَفْتَرُونَ﴿٥٦﴾
“Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan”. (QS. an-Nahl [16] : 56)

C.    Macam-macam Qasam dalam Al-Qur’an
Sumpah dalam al-Qur’an terbagi dua macam:[5]
1.      Zhahir, yaitu sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih nya, atau qasam yang tidak disebutkan fi’il qasamnya, tapi diganti dengan huruf  ba’, wawuta’. Seperti firman Allah swt. :
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ﴿١﴾ وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ﴿٢﴾  
“Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri).”[6] (QS. al-Qiyamah [75] : 1-2)
2.      Mudhmar, yaitu sumpah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih, tapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk pada jawab qasam. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 186
 لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ  
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (QS. Ali Imran [3] : 186)

D.    Unsur-unsur Qasam
            Unsur-unsur qasam dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.[7]
1.      Muqsim
            Muqsim adalah pelaku yang mengucapkan sumpah.
2.      Adat Qasam
            Adat qasam adalah alat atau perangkat yang digunakan untuk bersumpah, baik menggunakan fi’il qasam maupun huruf seperti wawu, ba’, ta’. Perangkat qasam baik yang berbentuk uqsimu ataupun ahlifu harus disertai dengan huruf ba’ seperti yang terdapat pada dalam surat an-Nahl.
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ 
“Mereka bersumpah dengan nama Allah” (QS. an-Nahl [16] : 38)
3.      Muqsam Bih
Muqsam bih yaitu sesuatu yang dijadikan sumpah sebagai penguat pembicaraan. Sumpah dalam al-Qur’an ada kalanya dengan memakai nama yang Agung (Allah), dan ada kalanya dengan menggunakan nama-nama ciptaan-Nya.
Umat Islam dilarang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Seperti yang telah disabdakan Rasulullah saw.
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka dia telah kafir atau berbuat syirik.” (HR. Ibnu Hibban dan Tirmidzi)
4.      Muqsam ‘Alaih (Jawab Qasam)
Muqsam ‘alaih yaitu isi atau bentuk berita yang dilakukan dalam bersumpah atau sesuatu yang disumpahkan, berfungsi sebagai jawaban dari qasam. Seperti firman Allah,
يس﴿١﴾وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ﴿٢﴾إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ﴿٣﴾    
Yaa siin Demi. Al Quran yang penuh hikmah. Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul" (QS. Yaasiin [36] : 1-3)


E.     Fungsi dan Urgensi Aqsam Al-Qur’an
Qasam adalah taukid yang terkenal untuk menekankan kebenaran apa yang kita sebut. Al-Qur’an diturunkan untuk segenap manusia yang menanggapi Al-Qur’an dengan bermacam-macam keadaan. Ada yang ragu-ragu, ada yang menolak, ada yang sangat menantang, maka dikuatkan dengan sumpah, adalah untuk menghilangkan keragu-raguan itu.[8] Menurut syaikh manna’ al-qatthan, qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa.[9]

F.     Hikmah Qasam dalam Al-Qur’an
Diantara hikmah-hikmah adanya qasam di dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut.[10]
1.      Untuk menegaskan kebenaran al-Qur’an.
2.      Salah satu cara untuk menguatkan pembicaraan agar lawan bicara dapat percaya dan menerima.
3.      Menjelaskan betapa agungnya al-muqsam bih dan betapa pentingnya al-muqsam ‘alaih.
4.      Allah menggunakan beberapa benda sebagai sumpah-Nya, dimaksudkan agar manusia memperhatikan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Dengan begitu manusia merasa rendah di hadapan Allah.
5.      Mengagungkan sifat dan kekuasaan Allah.
III.         Kesimpulan
1.      Menurut pemaparan makalah di atas, kesimpulan yang dapat diambil yakni, bahwasannya aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an untuk mempertegas dan memperkuat berita yang sampai kepada pendengar.
2.      Huruf-huruf yang digunakan untuk bersumpah yakni ada tiga macam, wawu, ba’, ta’.
3.      Unsur yang digunakan dalam qasam yaitu Muqsim (yang bersumpah), adat qasam, muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), muqsam ‘alaih (pernyataan karenanya sumpah diucapkan atau jawab qasam).
4.      Tujuan diucapkannya sumpah adalah sebagai taukid untuk menguatkan sebuah pendapat jika seseorang mengingkari, ragu-ragu maupun menolak dan bahkan menentang pendapat yang telah kita ucapkan. Maka pendapat tersebut dapat dikukuhkan dengan sumpah, agar orang yang mendengarkan dapat percaya dengan apa yang telah kita ucapkan.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya.
Manna’ Khakil al-Qattan, Studi _lmu-Ilmu Al-Qur’an.
Mohammad Gufron dan Rahmawati, Ulumul Qur’an.
Jalaluddin as-Suyuthi asy-Syafi’i, Al-Itqaan fi Ulumil Qur’an.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an Ilmu-ilmu Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an.
Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi 1.1 offline.


[1] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 2013), hal. 413-414
[2] Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi 1.1 offline, 2010
[3] Jalaluddin as-Suyuthi asy-Syafi’i, Al-Itqaan fi Ulumil Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1429H/2008M), hal. 487.
[4] al-Qattan, hal. 414
[5] Al-Qattan, hal. 417-418
[6] Maksudnya: bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
[7] Mohammad Gufron dan Rahmawati, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 20013), hal. 104-105
[8] Teungku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur-an Ilmu-ilmu Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hal. 184.
[9] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: pustaka al-Kautsar, 2011), cet.keenam, hal. 366.
[10] Mohammad Gufron dan Rahmawati, hal.109-110


Wallahu a'lam... Semoga bermanfaat...

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. terimakasih
    jazakumulloh khoer atas sharing ilmu nya

    BalasHapus
  3. Terima kasih sangat membantu 🙏🙏🙏

    BalasHapus
  4. Terimakasih,sangat membantu saya dalam mengerjakan makalah dg judul yg sama.

    BalasHapus