AQSAM AL-QUR’AN
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu:
KH. M. Luthfi Thomafi, Lc
Disusun Oleh:
Difa’ul Umam (2014.01.01.236)
PROGRAM STUDI
ILMU AL QURAN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
GONDANROJO KALIPANG SARANG REMBANG 59274 JAWA
TENGAH
TAHUN AJARAN 2015/2016
I. Pendahuluan
Kesiapan jiwa setiap individu dalam menerima kebenaran dan tunduk terhadap
cahanya itu berbeda-beda. Jiwa yang jernih yang fitrahnya tidak ternoda
kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati bagi
sinarnya serta berusaha mengikutinya sekalipun petunjuk itu sampai kepadanya
hanya sepintas kilas. Sedangkan jiwa yang tertutup awan kejahilan dan diliputi
gelapnya kebatilan tidak tergoncang hatinya kecuali dengan pukulan peringatan
dan bentuk kalimat yang kuat lagi kokoh, sehingga dengan demikian barulah
tergoncang keingkarannya itu.
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memberi penegasan akan sebuah
penyataan. Penegasan itu berbentuk pernyataan sumpah yang langsung difirmankan oleh Allah swt. Sumpah dalam konotasi
bahasa al-Qur’an disebut qasam. Qasam (sumpah) dalam pembicaraan
termasuk salah satu uslub pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti
yang konkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya.
II. Pembahasan
A.
Pengertian Aqsam Al-Qur’an
Secara bahasa aqsam adalah bentuk
jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-yamin, yang berarti
sumpah. Bentuk asli
dari qasam adalah dengan menggunakan kata kerja aqsama atau ahlafa yang dimuta’adi(transitif)kan
kepada muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah) dengan
huruf ba, setelah itu baru disebutkan muqsam ‘alaih (sesuatu
yang karena sumpah diucapkan), atau disebut juga dengan jawab qasam.[1]
Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, sumpah (aqsam) berarti dengan pernyataan yang
diucapkan secara resmi dengan bersakasi kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap
suci bahwa apa yang dikatakan atau dijanjikan itu benar.[2]
Abu al-Qosim
al-Qusyairiy menerangkan bahwa rahasia Allah swt. menyebutkan kalimat qasam
atau sumpah dalam Kitab-Nya adalah untuk menyempurnakan serta menguatkan
hujjah-Nya, dan dalam hal ini, kalimat qasam memiliki dua keistimewaan,
yaitu pertama sebagai syahadah
atau persaksian serta penjelasan dan kedua
sebagai qasam atau sumpah itu sendiri.[3]
Sedangkan menurut Manna’ al-Qattan, qasam adalah sebagai pengikat
jiwa (hati) agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dengan suatu
makna yang dipandang besar atau agung,
baik secara hakiki maupun i’tiqadi oleh yang bersumpah itu. Bersumpah juga
dinamakan dengan al yamin (tangan kanan), karena orang Arab ketika
sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya. [4]
Jika demikian,
maka pengertian aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu tentang
al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia sumpah-sumpah
Allah yang terdapat dalam al-Qur’an.
B. Huruf-huruf Qasam
Huruf-huruf yang digunakan untuk qasam (sumpah) ada tiga macam,
yaitu :
1. Huruf wawu, seperti dalam firman Allah
swt . :
وَالضُّحَىٰ﴿١﴾وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ﴿٢﴾
“Demi waktu matahari
sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)”. (QS. adh-Dhuha [93] : 1-2)
2. Huruf ba’, seperti firman Allah swt. :
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ﴿١﴾
“Aku bersumpah demi hari kiamat”. (QS. al-Qiyamah [75] : 1)
3. Huruf ta’, seperti firman Allah swt. :
تَاللَّهِ لَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنتُمْ تَفْتَرُونَ﴿٥٦﴾
“Demi Allah, sesungguhnya
kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan”. (QS. an-Nahl [16] : 56)
C.
Macam-macam Qasam
dalam Al-Qur’an
Sumpah dalam
al-Qur’an terbagi dua macam:[5]
1.
Zhahir, yaitu sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il
qasam dan muqsam bih nya, atau qasam yang
tidak disebutkan fi’il qasamnya, tapi diganti dengan huruf ba’, wawu, ta’.
Seperti firman Allah swt. :
لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ﴿١﴾ وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ﴿٢﴾
“Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa
yang Amat menyesali (dirinya sendiri).”[6] (QS. al-Qiyamah [75] :
1-2)
2. Mudhmar, yaitu sumpah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam
dan tidak pula muqsam bih, tapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang
masuk pada jawab qasam. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat
186
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (QS. Ali Imran [3] : 186)
D.
Unsur-unsur
Qasam
Unsur-unsur
qasam dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.[7]
1. Muqsim
Muqsim
adalah pelaku yang mengucapkan sumpah.
2. Adat Qasam
Adat qasam adalah alat atau perangkat yang
digunakan untuk bersumpah, baik menggunakan fi’il qasam maupun huruf
seperti wawu, ba’, ta’. Perangkat qasam baik yang berbentuk uqsimu
ataupun ahlifu harus disertai dengan huruf ba’ seperti yang
terdapat pada dalam surat an-Nahl.
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ
“Mereka
bersumpah dengan nama Allah”
(QS. an-Nahl [16] : 38)
3.
Muqsam Bih
Muqsam bih yaitu sesuatu yang dijadikan
sumpah sebagai penguat pembicaraan. Sumpah dalam al-Qur’an ada kalanya dengan
memakai nama yang Agung (Allah), dan ada kalanya dengan menggunakan nama-nama
ciptaan-Nya.
Umat Islam dilarang bersumpah dengan menyebut
nama selain Allah. Seperti yang telah disabdakan Rasulullah saw.
مَنْ
حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa
bersumpah dengan selain Allah maka dia telah kafir atau berbuat syirik.” (HR.
Ibnu Hibban dan Tirmidzi)
4.
Muqsam ‘Alaih (Jawab Qasam)
Muqsam ‘alaih yaitu isi atau bentuk berita
yang dilakukan dalam bersumpah atau sesuatu yang disumpahkan, berfungsi sebagai
jawaban dari qasam. Seperti firman Allah,
يس﴿١﴾وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ﴿٢﴾إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ﴿٣﴾
“Yaa siin Demi.
Al Quran yang penuh hikmah.
Sesungguhnya kamu salah
seorang dari rasul-rasul" (QS. Yaasiin
[36] : 1-3)
E.
Fungsi dan Urgensi Aqsam Al-Qur’an
Qasam adalah taukid yang terkenal untuk
menekankan kebenaran apa yang kita sebut. Al-Qur’an diturunkan untuk segenap
manusia yang menanggapi Al-Qur’an dengan bermacam-macam keadaan. Ada yang
ragu-ragu, ada yang menolak, ada yang sangat menantang, maka dikuatkan dengan
sumpah, adalah untuk menghilangkan keragu-raguan itu.[8] Menurut syaikh manna’ al-qatthan, qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur
untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa.[9]
F.
Hikmah Qasam dalam Al-Qur’an
Diantara
hikmah-hikmah adanya qasam di dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut.[10]
1.
Untuk
menegaskan kebenaran al-Qur’an.
2. Salah satu cara untuk menguatkan pembicaraan
agar lawan bicara dapat percaya dan menerima.
3. Menjelaskan betapa agungnya al-muqsam bih
dan betapa pentingnya al-muqsam ‘alaih.
4. Allah menggunakan beberapa benda sebagai
sumpah-Nya, dimaksudkan agar manusia memperhatikan kebesaran Allah melalui
ciptaan-Nya. Dengan begitu manusia merasa rendah di hadapan Allah.
5. Mengagungkan sifat dan kekuasaan Allah.
III.
Kesimpulan
1.
Menurut pemaparan makalah di atas, kesimpulan yang dapat
diambil yakni, bahwasannya aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu
tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia
sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an untuk mempertegas dan memperkuat berita yang
sampai kepada pendengar.
2. Huruf-huruf
yang digunakan untuk bersumpah yakni ada tiga macam, wawu, ba’, ta’.
3.
Unsur yang digunakan dalam qasam yaitu Muqsim (yang
bersumpah), adat qasam, muqsam bih (sesuatu yang digunakan
untuk bersumpah), muqsam ‘alaih (pernyataan karenanya sumpah diucapkan atau jawab
qasam).
4.
Tujuan diucapkannya sumpah adalah sebagai taukid untuk menguatkan sebuah
pendapat jika seseorang mengingkari, ragu-ragu maupun menolak dan bahkan
menentang pendapat yang telah kita ucapkan. Maka pendapat tersebut dapat dikukuhkan dengan
sumpah, agar orang yang mendengarkan dapat percaya dengan apa yang telah kita
ucapkan.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya.
Manna’ Khakil al-Qattan, Studi _lmu-Ilmu Al-Qur’an.
Mohammad Gufron dan Rahmawati, Ulumul
Qur’an.
Jalaluddin as-Suyuthi
asy-Syafi’i, Al-Itqaan fi Ulumil Qur’an.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an Ilmu-ilmu
Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an.
Ebta
Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi 1.1 offline.
[1] Manna’ Khalil
al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta:
Pustaka Litera AntarNusa, 2013), hal. 413-414
[2] Ebta Setiawan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi 1.1 offline, 2010
[3] Jalaluddin as-Suyuthi
asy-Syafi’i, Al-Itqaan fi Ulumil Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr,
1429H/2008M), hal. 487.
[4] al-Qattan, hal.
414
[6] Maksudnya: bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal
kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
[8] Teungku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur-an Ilmu-ilmu
Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hal.
184.
[9] Syaikh Manna’
Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:
pustaka al-Kautsar, 2011), cet.keenam, hal. 366.